beritamillenial – CBDC Indonesia – JAKARTA – Bank Indonesia (BI) menunjukkan komitmen yang semakin serius dalam mempercepat pengembangan CBDC Indonesia, atau yang lebih dikenal dengan nama rupiah digital. Proyek ambisius ini telah memasuki babak baru dengan rencana pelaksanaan pilot project atau uji coba yang dijadwalkan dimulai tahun ini. CBDC Indonesia tidak hanya menjadi respons terhadap fenomena aset kripto yang berkembang pesat, tetapi juga menjadi fondasi baru dalam transformasi sistem pembayaran nasional dan global.
Latar Belakang dan Tujuan Strategis
Sejak 2021, BI melalui Project Garuda telah mempersiapkan landasan konseptual dan teknis dalam pengembangan digital rupiah. Proyek ini diluncurkan setelah pemerintah Indonesia secara resmi melarang penggunaan kripto sebagai alat pembayaran pada 2017, karena volatilitas dan risiko sistemik yang menyertainya. Namun, teknologi blockchain yang mendasari kripto justru dinilai memiliki potensi besar untuk mendorong efisiensi sistem keuangan, asalkan diadopsi secara sah dan terkontrol.
Digital rupiah atau CBDC Indonesia didesain untuk menjadi mata uang digital yang diterbitkan dan dijamin oleh bank sentral, dengan tujuan utama:
- Memperkuat efektivitas kebijakan moneter;
- Mendorong efisiensi sistem pembayaran nasional;
- Mendukung inklusi keuangan secara lebih luas;
- Menjawab tantangan transformasi digital di sektor keuangan.
Fokus Pengembangan: Wholesale CBDC
Pada tahap awal, BI memfokuskan pengembangan CBDC pada segmen wholesale, yaitu penggunaan antarbank dan institusi keuangan besar untuk transaksi skala besar dan settlement. Dengan pendekatan ini, BI ingin memastikan bahwa sistem dan infrastruktur CBDC bisa teruji terlebih dahulu di lingkup terbatas sebelum diterapkan secara retail atau langsung ke masyarakat umum.
BI juga mulai menjajaki integrasi dengan platform keuangan lintas negara, seperti Project mBridge, sebuah inisiatif kerja sama internasional antara bank-bank sentral yang bertujuan menguji interoperabilitas CBDC dalam transaksi lintas batas (cross-border payments).
Tantangan Infrastruktur dan Regulasi
Meski peluangnya besar, pengembangan CBDC Indonesia tidak luput dari sejumlah tantangan krusial, antara lain:
- Ketimpangan infrastruktur digital, khususnya di daerah tertinggal, yang dapat menghambat pemerataan akses;
- Kesiapan teknologi lokal, termasuk kapasitas server, blockchain nodes, dan sistem tokenisasi;
- Ancaman keamanan data dan privasi, yang memerlukan standar enkripsi dan perlindungan yang tinggi;
- Kesiapan regulasi, mencakup aturan terkait kepemilikan, penggunaan, hingga sanksi atas penyalahgunaan rupiah digital.
Regulasi menjadi perhatian utama mengingat kehadiran CBDC akan menyentuh semua lapisan masyarakat dan harus terintegrasi dengan sistem keuangan yang sudah ada.
Manfaat CBDC Indonesia di Tingkat Nasional dan Regional
Adopsi CBDC Indonesia diyakini dapat membawa dampak besar dalam hal efisiensi, transparansi, dan keamanan transaksi. Di tingkat nasional, rupiah digital berpotensi:
- Mengurangi biaya dan waktu transaksi antarbank;
- Memfasilitasi penyaluran subsidi pemerintah atau bantuan sosial secara langsung dan transparan;
- Menekan penggunaan uang tunai yang rentan terhadap kejahatan dan pencucian uang.
Di tingkat regional, CBDC bisa memperkuat kerja sama moneter ASEAN. Indonesia memiliki peluang besar untuk menjadi pusat integrasi keuangan digital di Asia Tenggara, terutama mengingat ukuran ekonominya yang dominan di kawasan.
Laporan BCG menyebutkan bahwa ekonomi digital, yang melibatkan fintech dan kecerdasan buatan, akan menyumbang 2–3% terhadap PDB regional pada 2027. Jika CBDC Indonesia diluncurkan lebih awal dan berhasil, maka potensi kontribusinya bisa menjadi pemimpin dalam tren ini.
Langkah Konkret Menuju Peluncuran
Untuk mempercepat peluncuran digital rupiah, BI telah menyusun beberapa langkah strategis, di antaranya:
- Kemitraan dengan perbankan besar untuk uji coba transaksi antarbank;
- Kolaborasi internasional dengan BIS Innovation Hub dan anggota mBridge;
- Uji coba teknologi bersama startup fintech lokal;
- Pengembangan regulasi khusus CBDC, yang menjamin sistem aman, terbuka, dan efisien.
Selain itu, BI juga terus melakukan sosialisasi kepada publik agar masyarakat memahami perbedaan antara CBDC dan aset kripto biasa, serta tidak terjebak dalam penipuan digital.
Masa Depan Rupiah Digital
CBDC Indonesia diperkirakan akan mengalami percepatan pengembangan selama dua tahun ke depan. Banyak pengamat menyarankan agar BI tidak hanya fokus pada aspek teknologi, tetapi juga memperhatikan kesiapan masyarakat dan literasi keuangan digital.
Jika semua berjalan sesuai rencana, Indonesia tidak hanya akan menjadi negara pertama di ASEAN yang mengadopsi CBDC retail, tetapi juga akan memainkan peran penting dalam reformasi sistem pembayaran global yang lebih inklusif dan digital.