Natal: Mengapa Ukraina ubah perayaan Natal dari awal Januari ke 25 Desember?
Perubahan perayaan Hari Natal ini bukan hanya sekadar perubahan tanggal, melainkan pertanda upaya Ukraina untuk kian menjauhkan diri dari kultur Rusia dan mendekatkan diri ke Barat dengan merujuk pada kalender Gregorian.
Mayoritas penganut agama di Ukraina adalah umat Kristen Ortodoks dan, seperti halnya Rusia, menggunakan kalender Julian sebagai acuan peringatan Hari Natal yakni tanggal 7 Januari.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengubah peraturan perundang-undangan mengenai hal ini pada Juli lalu, dengan mengatakan hal ini membuat rakyat Ukraina semakin “meninggalkan warisan Rusia.”
Dalam pesan Hari Natal dalam pidato resminya pada Minggu (24/12) malam, Zelensky mengatakan orang-orang Ukraina kini utuh dalam memperingati hari kelahiran Yesus Kristus.
“Kita semua merayakan Natal bersama-sama. Pada tanggal yang sama, sebagai satu keluarga besar, sebagai satu bangsa, sebagai satu negara yang bersatu,” ujar Zelensky.
Reuni keluarga saat natal
Di ibukota Kyiv, Lesia Shestakova, yang menganut Katolik, merayakan Natal bersama suaminya, Oleksandr Shestakov, pengikut Kristen Ortodoks.
Untuk kedua kalinya pasangan ini memperingati Natal bersama masing-masing orangtua mereka, tetapi ini adalah yang pertama kalinya mereka menunaikan ibadah ini pada tanggal yang sama.
“Akhirnya ada satu hari di Ukraina di mana saya dan suami bisa menghabiskan waktu bersama di katedral dan puji Tuhan kita semua bisa bersama-sama dalam keadaan hidup dan sehat sentosa,” tutur Lesia kepada kantor berita Reuters usai menghadiri misa Minggu pagi di Gereja Katedral di Kyiv.
Sementara bagi Valeria Shashenok, Hari Natal tahun ini adalah yang pertama kali baginya bisa bereuni dengan keluarga di Kyiv.
Perempuan berusia 22 tahun itu merayakan Natal bersama “keluarga angkat” di London, Inggris, setahun silam sebagai pengungsi sejak invasi Rusia kepada Ukraina pada Februari 2022.
Kendati Kyiv masih rentan diserang roket dan pesawat nirawak Rusia, Valeria ingin menikmati hari yang suci ini bersama darah dagingnya
“Barangkali saya nantinya akan menyesali keputusan ini,” ujarnya kepada News Beat.
“Tetapi saya memikirkannya masak-masak dan karier dan hidup saya adalah di Ukraina.”
Walaupun Valeria bersyukur akan pengalaman hidupnya selama di Inggris, dia mengaku “sangat lelah secara fisik dan mental” akibat jauh dari rumah, belum lagi dia merasa kesulitan memperoleh pekerjaan.
Perjalanan Valeria kembali ke kampung halamannya memakan waktu kira-kira satu hari karena tidak ada penerbangan langsung dari London ke Kyiv. Dia harus terbang ke Polandia dan dari sana naik kereta api ke Kyiv.
Bagi Valeria, perjuangannya untuk kembali pulang ini sepadan dan dia berencana untuk menemui kawan-kawan lamanya dan keluarga sekaligus mengunjungi restoran-restoran – tentunya dengan memastikan mereka pulang sebelum jam tengah malam tiba.
Sama halnya dengan Valeria, Marta Vasyuta, 22 tahun, senang bisa pulang setelah “terdampar” di London sejak Februari 2022.
Walaupun Marta akhirnya berhasil mendapat visa dan pekerjaan di sebuah universitas di London, dia memutuskan untuk pulang dua minggu lalu karena kangen dengan keluarga dan teman-temannya.
Meski demikian, rasa rindu yang terobati ini tetap saja diselipi rasa kesedihan – Marta baru-baru ini menghadiri pemakaman seorang pria muda berusia 23 tahun yang terbunuh dalam perang.
Marta dan Valeria sama-sama dikenal di TikTok melalui video-video mereka yang berupaya mengedukasi orang-orang tentang konflik Rusia-Ukraina.
Harapan mereka? “Sama seperti 2023, jadi tidak ada yang bisa menjamin. Tapi saya harap tidak ada lagi orang-orang yang tewas,” ujar Marta.
Perubahan tradisi
Gereja Kristen Ortodoks Ukraina (OCU), sebuah gereja independen yang baru dibentuk dan mengadakan misa pertamanya pada 2019, juga mengubah tanggal perayaan Hari Natal ke 25 Desember.
Gereja ini secara resmi memisahkan diri dari Gereja Kristen Ortodoks Rusia menyusul aneksasi Rusia terhadap Crime pada 2014 dan dukungan negara itu kepada pemberontakan di bagian timur Ukraina.
Rakyat Ukraina berdoa bersama dan menyalakan lilin di penjuru negara pada Minggu.
Di kota sebelah barat Ukraina, Lyiv, yang terkena dampak kecil dari perang, anak-anak dengan kostum tradisional menyanyikan lagu-lagu Natal dan mengikuti festival-festival di jalanan.
Warga juga mendekorasi sebuah pohon Natal dekat Alun-Alun Kemerdekaan di Kyiv.
Beberapa tahun belakangan, banyak umat bergabung dengan OCU tetapi jutaan orang masih mengikuti aliran Gereja Kristen Ortodoks Ukraina (UOC) yang memiliki keterikatan secara sejarah dengan Rusia – sehingga bagi mereka, Natal akan tetap dirayakan pada 7 Januari mendatang.
UOC menyatakan pada 2022 mereka memisahkan diri dari Moskow setelah invasi penuh Rusia terhadap Ukraina – tetapi orang-orang masih skeptis akan pernyataan ini.
Pendeta Andriy mengatakan kepada James Waterhouse, koresponden di Ukraina, bahwa banyak orang di dunia masih mengaitkan Ukraina dengan Rusia.
“Tetapi saya rasa kami ini lebih merupakan tetangga Eropa,” ujar Pendeta Andriy di Gereja St. Andrew.
“Fakta bahwa kami sekarang mengubah kalender bukanlah menjauhkan diri dari Rusia. Tapi kami yang kembali ke Eropa.”
Ditanya apakah dia akan mampu memaafkan Rusia, negara tetangga Ukraina, setelah menyerang tanah kelahirannya, Pendeta Andriy berkata: “Tuhan memaafkan pendosa, tetapi hanya mereka yang bertobat.
“Kami belum melihat orang-orang Rusia berusaha bertobat atas dosa dan kesalahan mereka, jadi saya rasa terlalu dini untuk bicara soal maaf.”
Bagi Ukraina, pertobatan Rusia dalam bentuk apapun harus dimulai dengan dihentikannya invasi yang masih berlangsung.