beritamillenial– Pada 8 Juli 2025, Presiden Donald Trump kembali mengencangkan tekanan perang dagang dalam strategi perdagangan global Amerika Serikat, dengan memperluas ancaman pemberlakuan tarif balasan tinggi mulai dari 25% hingga 40% terhadap produk impor dari 14 negara mulai 1 Agustus mendatang . Kebijakan ini merupakan perpanjangan dari pola proteksionis yang sempat mereda, kembali memposisikan perang dagang sebagai isu utama global.
🎯 Konteks & Sasaran AS Dalam Perang Dagang
Trump mengklaim bahwa tarif ini dimaksudkan untuk meredam defisit perdagangan “membesar” dan melindungi keamanan nasional Amerika. Kilas kebijakan terbaru mencakup:
- 25% tarif pada impor dari Jepang dan Korea Selatan.
- Tarif hingga 40% dikenakan pada impor dari Laos, Myanmar, Malaysia, dan negara lainnya.
- Pemberlakuan perpanjangan batas waktu tawar-menawar sampai 1 Agustus 2025 .
🌍 Reaksi Pasar Global
Pasar mata uang bergerak cepat:
- Yen Jepang turun hingga 1% menjadi ¥146.44/USD, level terendah dalam dua minggu.
- Won Korea Selatan menurun secara moderat, sementara dolar AS stabil terhadap keranjang mata uang global .
🗣️ Tanggapan Negara-negara Terdampak
- Pemerintah Jepang, melalui PM Shigeru Ishiba, telah mengontak AS guna mencari kesepakatan yang menguntungkan kedua belah pihak .
- Korea Selatan berkomitmen mempercepat dialog perdagangan guna memanfaatkan penangguhan hingga Agustus untuk negosiasi.
- China memperingatkan bahwa mereka siap membalas kritik tarif AS dan menolak penghilangan peran China dalam rantai pasokan global .
🛠️ Dinamika Perundingan
- Perundingan dengan India diperkirakan akan mendorong kesepakatan interim sebelum tenggat tanggal 9 Juli, meski masih ada opsi memperpanjang hingga batas baru 1 Agustus .
- Yanki Trump juga membuka kemungkinan negosiasi nyata akan tercapai pada 9 Juli, namun kesepakatan utamanya masih belum jelas.
📌 Analisis Dampak & Risiko
→ Untuk AS:
- Memungkinkan kesempatan domestik untuk perlindungan industri dalam negeri dan pengurangan defisit neraca perdagangan.
- Akan memicu ketidakpastian bagi eksportir karena tarif tinggi yang tiba-tiba dapat merusak rencana produksi dan investasi.
→ Untuk Mitra Dagang Global:
- Jepang, Korea, dan negara-negara Asia Tenggara menghadapi risiko ekonomi signifikan, yang dapat memperlambat pertumbuhan dan menyebabkan depresiasi mata uang lebih jauh.
- Tindakan balasan potensial (retaliasi tarif) berpotensi memicu eskalasi perang dagang besar-besaran.
→ Cenderung Meningkatkan Ketidakpastian Pasar:
- Investor global mulai mengalihkan portofolio ke aset safe-haven seperti obligasi pemerintah AS.
- Volatilitas pasar keluar; efek domino ke negeri-negeri lain bisa bergelombang.
🤝 Pelajaran di Tengah Krisis
Meskipun nonumum – hanyalah “opini” tak mengikat – rencana ICJ tentang tanggung jawab hukum atas perubahan iklim yang diumumkan pada 23 Juli mencerminkan bahwa diplomasi multilateral tetap relevan, walau ditinggalkannya multilateralisme di beberapa isu besar . Hal ini menunjukkan AS harus mempertimbangkan aspek global saat menjalankan kebijakan bilateral.