Beritamillenial, 7 Juli 2025 – Menjelang tenggat 9 Juli 2025 untuk negosiasi perjanjian tarif impor AS senilai 32%, pemerintah Indonesia mengambil langkah strategis: menandatangani MoU senilai $34 miliar dengan perusahaan-perusahaan AS pada 7 Juli dan mengirim kepala negosiator perdagangan, Menko Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, ke Washington setelah itu .

🎯 Isi Poin Perjanjian

MoU tersebut mencakup:

  1. Peningkatan impor AS oleh Indonesia terutama bahan bakar dan gandum. Sebelumnya disepakati pembelian gandum senilai $500 juta dan 2 juta ton gandum .
  2. Investasi besar di sektor energi AS (minyak dan gas) dan agrikultur, termasuk rencana pembelian hingga 75 pesawat Boeing, termasuk model 737 Max 8 dan 787.

πŸ“… Alasan Strategis: Hindari Tarif 32%

Indonesia menghadapi ancaman tarif hingga 32% dari AS, yang bisa memperlambat PDB hingga 0,5%. Indonesia berharap MoU ini menjembatani negosiasi dan mencegah kenaikan tarif.

🀝 Indonesia Tawarkan Kompensasi Politik dan Ekonomi

Airlangga menyatakan Indonesia β€œmenawarkan pemangkasan tarif ke hampir nol” untuk produk AS tertentu, serta investasi bersama di proyek mineral kritis seperti nikel.

Presiden Prabowo pun menegaskan kesolidan pemerintah, BUMN, dan swasta dalam membangun kerja sama strategis ini .

πŸ“Œ Transisi Perjanjian Negosiasi & Peran Airlangga di Washington

Setelah menghadiri KTT BRICS di Rio, Airlangga langsung terbang ke AS senin depan sebagai penanggung jawab utama negosiasi tarif. Artikel ini juga mencatat Indonesia adalah negara dengan surplus perdagangan US-$17,9 miliar pada 2024, dan AS adalah pasar ekspor utama kedua .

πŸ’Ό Kerangka Hukum & Ekonomi

MoU ini membentuk kerangka awal untuk perjanjian bilateral, memungkinkan kelanjutan kerja sama, pengawasan untuk memenuhi persyaratan tarif sensitif dan investasi yang seimbang bagi kedua negara.

Skenario pasar global pun berkaitan: investor pun mencermati kemungkinan perpanjangan atau kelonggaran tarif, sementara rantai pasok global boleh jadi semakin bergejolak .

πŸ“ˆ Dampak Ekonomi & Skema Jangka Panjang

  • Bagi Indonesia: kemungkinan tarif rendah memperkuat ekspor, menjaga stabilitas Rupiah, dan menjaga proyeksi pertumbuhan di kisaran 4,7–5,0% .
  • Untuk AS: membuka pasar komoditas dan energi, menambah investasi, sekaligus menjaga hubungan diplomatik strategis dengan negara ASEAN terbesar.
  • Potensi sektor korporat: Garuda bisa memperbaharui armada secara besar-besaran.

⚠️ Tantangan & Kerentanan

  • Negosiasi harus selesai sebelum 9 Juli, jika tidak tarif tetap diberlakukan.
  • MoU belum bersifat final kontrak – perlu ratifikasi, pemantauan, dan konsesi lebih lanjut.
  • Ekonomi global tetap rapuh. Kritik proteksionis dari kalangan AS bisa memperkeruh proses.

Perjanjian $34 miliar antara Indonesia dan AS adalah langkah diplomasi ekonomi penting. Berpotensi mencegah tarif berat dan memperkuat kerja sama strategis ekonomi bilateral. Tetapi, keberhasilan akhir tergantung pada kesepakatan tarif 9 Juli. Indonesia kini berada di persimpangan: apakah akan berhasil menjaga momentum ekonomi sambil menghindari risiko proteksionisme global?

By Admin