pasangan

5 Argumen Anak Pertama Tidak Ingin Cepat-cepat Menikah, Mengapa?

Beritamillenial.com – Peristiwa nikah muda tidak lagi hal baru. Tidaklah aneh, saat masuk usia 20-an, lumayan banyak orang yang memilih untuk menikah, terutamanya di Indonesia sendiri.

Tetapi, hal tersebut kemungkinan tidak berlaku untuk anak sulung, sang keinginan orang-tua yang punyai punggung sekeras baja. Walau memang cukup banyak anak pertama kali yang ingin menikah muda, umumnya pada mereka mempunyai argumen sekalian konsep untuk tidak cepat-cepat melakukan. Kurang lebih apa ya argumen anak sulung tidak mau cepat-cepat menikah?

1. Berasa bertanggungjawab pada keluarga

keluarga

Anak sulung pasti mendapatkan luapan kasih-sayang yang hebat waktu kecil. Walau demikian, saat bergerak dewasa, anak sulung harus juga ditempatkan pada rasa tanggung-jawab yang sangat besar pada orang-tua dan adik mereka.

Meskipun terkadang tidak ada yang menuntut hal itu, rasa tanggung-jawab itu ada demikian saja dalam diri sang pertama. Kemauan memberikan nafkah dan menyenangkan orang-tua yang telah lanjut usia sampai keinginan agar bisa mengongkosi sekolah adik-adiknya membuat anak sulung tidak mengutamakan pernikahan.

Cukup banyak pada mereka yang ingin selekasnya menikah. Tetapi, mereka ikhlas tunda kemauan itu karena ingin penuhi tanggung jawabannya.

2. Ingin kejar mimpi lebih dulu

Karier
Memburu mimpi dan jadi orang sukses pasti mimpi semuanya orang, tidak kecuali beberapa anak pertama. Tercipta sebagai anak sulung membuat mereka jadi contoh dan anutan, bahkan juga semenjak adik mereka lahir. Mereka ingin selalu kelihatan prima di muka si adik, satu diantaranya dengan jadi sukses.

Disamping itu, secara umum mereka berasa jadi sandaran secara keuangan untuk orang-tua, saat orang-tua tidak lagi dapat bekerja. Karenanya, cukup banyak anak pertama yang memutuskan untuk tunda pernikahan sampai mereka berasa cukup sukses pada versinya masing-masing.

3. Tidak siap secara psikis dan keuangan

uang
Saat sebelum menikah, seorang tentu saja perlu mempersiapkan segalanya yang diperlukan dengan masak. Bukan kasus mempersiapkan ongkos acara pesta pernikahan saja, menikah sebenarnya membutuhkan persiapan psikis dan konsistensi keuangan.

Berasa dianya jadi orang yang perlu berdikari, seorang anak sulung secara umum punyai kemauan kuat untuk mempersiapkan segala hal dengan masak saat sebelum menikah, tidak kecuali dengan persiapan psikis dan keuangan.

Konsistensi keuangan tentu saja bisa didapat dengan bekerja sampai melakukan investasi. Dalam pada itu, persiapan psikis bisa didapat seorang dengan mengenali diri sendiri, mengenal pasangan, dan pelajari bagaimana kehidupan sesudah pernikahan.

Walau terlihat gampang, ke-2 ini tidak dapat didapat secara instant. Karenanya, ke-2 ini perlu dipersiapkan jauh saat sebelum seorang memilih untuk menikah.

4. Belum mendapati pasangan yang pas

pasangan

Argumen yang lain kenapa memutuskan untuk tidak cepat-cepat menikah ialah mereka belum mendapati pasangan yang akurat. Argumen ini kemungkinan tidak cuma dirasa oleh anak pertama.

Seorang anak sulung terkadang condong perfeksionis, demikian juga dengan kehidupan. Mereka ingin mempunyai pasangan yang pas karena mereka tahu jika pernikahan sebagai satu ikatan yang perlu ditempuh dengan penuh loyalitas.

Tentu saja, mereka ingin kehidupan pernikahan mereka berjalan baik. Mereka mengharap kehidupan berumah-tangga mereka menjadi figure atau contoh untuk adik-adiknya.

5. Tidak siap dengan kehidupan rumah tangga

Menikah

Beberapa orang yang ngomong jika menikah tidak berarti mengganti kehidupanmu sepenuhnya. Seorang masih tetap dapat bekerja, menuntut pengetahuan, sampai memburu mimpi walau dia telah menikah.

Walau begitu, pada prakteknya, kehidupan kita sesudah married akan berlainan dengan kehidupan saat sebelum married . Sesudah married , seorang akan dituntut untuk pahami hati si pasangan.

Itu penyebabnya, kita tidak dapat kembali egois dan cuma pikirkan kebutuhan individu. Bisa maka ada banyak hal yang mau tak mau kita pertaruhkan saat jalani kehidupan rumah tangga.

Tidaklah aneh, cukup banyak anak pertama yang takut kehidupan pribadinya terenggut saat dia memilih untuk menikah. Tetapi, hal itu bukanlah hal yang jelek, kok. Karena, persiapan seorang dalam berumah-tangga bukanlah hal yang dapat dipaksa.

Ke-5 argumen itu kemungkinan tidak dirasa sekalian oleh semua anak sulung. Tetapi, satu diantaranya bisa jadi menempel dalam diri sang pertama. Kamu sendiri bagaimana? Dari deretan argumen di atas, apa ada argumen yang memvisualisasikan kenapa kamu tidak mau cepat-cepat married ?

By Admin