15 Mata-Mata Mossad Dipenjarakan Turki
Seperti dilansir Reuters dan Al Arabiya, Sabtu (6/1/2024), perintah yang dijatuhkan pengadilan Turki pada Jumat (5/1) waktu setempat itu berkaitan dengan penangkapan 34 orang oleh otoritas berwenang setempat pada awal pekan ini.
Laporan televisi terkemuka Turki, TRT Haber, menyebut 15 orang di antaranya telah diperintahkan untuk ditahan secara resmi. Identitas mereka yang diperintahkan untuk ditahan itu tidak diungkap ke publik
Pengadilan tersebut memutuskan untuk memenjarakan 15 orang dan membebaskan 11 orang dengan syarat pengawasan yudisial, menurut keputusan pada Jumat (5/1/2024).
Sementara itu, delapan tersangka dirujuk ke Departemen Imigrasi Turki untuk persiapan deportasi mereka dari Turki.
Keputusan pengadilan tersebut diambil setelah Jaksa Penuntut Umum meminta pemenjaraan 26 dari 34 orang atas tuduhan spionase (mata-mata) politik atau militer, dikutip dari Anatolia.
Penangkapan puluhan orang itu dilakukan setelah Ankara memperingatkan Israel soal “konsekuensi serius” jika negara Yahudi itu berusaha memburu anggota Hamas yang tinggal di luar wilayah Palestina, termasuk di Turki.
Turki, berbeda dengan kebanyakan sekutu-sekutu Barat dan beberapa negara Arab, tidak mengklasifikasikan Hamas sebagai organisasi teroris.
Kepolisian Turki melakukan operasi serentak di delapan provinsi pada awal pekan ini untuk menangkap para tersangka dalam penyelidikan yang dilakukan oleh badan intelijen MIT dan biro kontra-terorisme pada kantor kejaksaan Istanbul
Operasi Necropol
Sebelumnya, Direktorat Jenderal Intelijen bekerja sama dengan Kementerian Dalam Negeri Turki melakukan operasi Necropol (Kota Orang Mati) untuk menangkap orang-orang yang bekerja untuk Mossad di delapan negara bagian pada Selasa (2/1/2024).
Wilayah operasi itu mencakup 57 alamat di 15 distrik di negara bagian Istanbul, Ankara, Kocaeli, Hatay, Mersin, Izmir, Van, dan Diyarbakir.
Dari investigasi para pelaku yang dilakukan oleh Divisi Anti-Terorisme di Istanbul dan intelijen Turki, diperoleh informasi bahwa Mossad berniat melakukan aktivitas seperti pengawasan, pelacakan, penyerangan, dan penculikan terhadap warga negara asing yang berada di Turki.
Diketahui, agen Mossad berkomunikasi dengan para tersangka melalui akun media sosial.
Dalam operasi tersebut, otoritas Turki menyita 134.830 euro, 23.680 dolar, dan jumlah lainnya dalam berbagai mata uang, serta pistol, amunisi, dan peralatan digital tanpa izin.
Turki pernah meluncurkan operasi “Pemberontakan” untuk menangkap 29 orang pada tahun 2021, operasi “New Blaze” untuk menangkap 68 orang pada tahun 2022, operasi “Nikbet” untuk menangkap 17 orang pada tahun 2023, hingga operasi “Kota Mati”, yang menargetkan 46 orang pada Selasa (2/1/2024).
Pada Mei 2023 lalu, Badan Intelijen Turki mengumumkan penangkapan sel mata-mata Mossad di Istanbul, setelah menangkap sebagian besar dari 15 anggotanya, yang menargetkan warga Iran.
Turki Ungkap Cara Mossad Rekrut Warga Sipil
Surat kabar Turki Hurriyet melaporkan cara yang digunakan Mossad untuk merekrut “agen” di Turki, yang sebagian besar adalah warga sipil.
“Mossad menggunakan warga negara dan orang asing di Turki atas dasar taktis, yaitu elemen yang bekerja dalam jangka waktu singkat.”
“Mossad juga menyediakan elemen untuk digunakan dalam tindakan terhadap warga Palestina dan keluarganya di Turki,” lapor Turki Hurriyet, Jumat (5/1/2024).
“Mossad memasang iklan atau tautan pekerjaan tanpa memberikan rincian di situs media sosial atau grup obrolan, sehingga memungkinkan orang yang tepat untuk menghubungi mereka,” lanjutnya.
Surat kabar tersebut mengatakan tujuan dari setiap agen berbeda, di antaranya menargetkan warga asing dari Iran, Palestina, serta negara-negara lain yang bermasalah dengan Israel.
Agen sipil Mossad tersebut juga menargetkan penyelidik swasta dan personel taktis serta menargetkan 58 orang asing dan 39 warga negara Turki, dengan total 97 orang, menurut informasi yang terungkap pada tahun 2022.
Turki menjadi salah satu negara yang menerima orang-orang dari Iran dan Palestina, bahkan Turki menerima anggota Hamas, yang merupakan musuh Israel, yang berkunjung ke negaranya di masa lalu.
Selain itu, Turki telah memperjelas posisinya untuk membela Palestina, menyusul serangan besar-besaran Israel di Jalur Gaza dan Tepi Barat sejak Operasi Badai Al-Aqsa yang diluncurkan Hamas pada 7 Oktober 2023.