Franz Beckenbauer wafat pada usia 78 tahun – ‘Beristirahatlah dengan tenang, Kaisar Franz’
Beritamilenial – Franz Beckenbauer, yang wafat pada usia 78 tahun, dapat dibandingkan dengan sejumlah legenda sepak bola lainnya, baik sebagai pemain maupun manajer.
Franz ‘Sang Kaisar’ Beckenbauer; duo Inggris yang memenangi Piala Dunia 1966, Bobby Moore dan Sir Bobby Charlton; Pele dari Brasil; serta bintang besar Belanda, Johan Cruyff adalah bagian dari kelompok emas pemain kelas dunia yang merajai sepak bola pada 1960-an dan 1970-an.
Beckenbauer menjadi kapten tim nasional Jerman Barat saat meraih Piala Dunia pada 1974 dengan menundukkan Belanda dalam laga final di Muenchen.
Dia mengulangi prestasi tersebut sebagai manajer ketika mengalahkan Argentina pada pertandingan final Piala Dunia 1990 di Stadio Olimpico Roma, sekaligus menebus kekecewaan karena ditaklukkan Diego Maradona dkk pada final Piala Dunia di Meksiko empat tahun sebelumnya.
Torehan prestasi ini menjadikannya satu dari hanya tiga pemain, bersama Didier Deschamps dari Prancis dan Mario Zagallo dari Brasil – yang meninggal pekan lalu – yang memenangi Piala Dunia sebagai pemain dan manajer.
Sebagai pemain yang berhasil melakukan transisi dari pemain tengah brilian menjadi sweeper visioner, Beckenbauer juga menjadi kapten tim Bayern Munich yang memenangkan Piala Eropa tiga musim berturut-turut pada 1974, 1975, dan 1976.
Beckenbauer sudah diramalkan bakal menjadi mega bintang di masa depan ketika menghadapi Inggris pada final Piala Dunia di Wembley pada 1966 ketika berusia 20 tahun.
Bahkan, manajer timnas Inggris, Sir Alf Ramsey, secara khusus meminta Charlton agar membayangi Beckenbauer selama laga final.
Pelatih timnas Jerman Barat, Helmut Schoen memberikan perintah serupa kepada Beckenbauer, sehingga dua talenta hebat ini secara efektif memperdayai satu sama lain saat Inggris menang 4-2.
Mereka kembali berduel dalam laga balas dendam bagi Jerman barat empat tahun kemudian saat laga di Leon, Meksiko, ketika Beckenbauer dan Charlton menjadi tokoh kunci pada perempat final Piala Dunia 1970.
Charlton semula memimpin permainan, namun dia ditarik keluar setelah Beckenbauer membobol gawang Inggris setelah tertinggal 0-2. Ramsey diyakini mengistirahatkan Charlton dari deraan udara panas sekaligus menyimpan tenaganya guna melangkah ke semifinal.
Keputusan itu menjadi salah satu penentu masa depan Ramsey karena setelah Charlton diganti, belenggu Beckenbauer seperti terlepas, yang menginspirasi kebangkitan Jerman Barat dengan kemenangan 3-2.
Mereka kalah 4-3 dari Italia setelah perpanjangan waktu di semi final, namun Beckenbauer kembali menjadi pusat perhatian.
Dia bermain penuh hingga laga berakhir dengan bahu kanannya terluka, karena aturan saat itu hanya memperbolehkan dua pergantian pemain.
Dua tahun kemudian, Jerman Barat menjuara Piala Eropa 1972 dengan kemenangan 3-0 atas Rusia di Brussels.
Kedigdayaan Franz Beckenbauer di ajang prestisius itu termasuk kemenangan penting 3-1 atas Inggris di Wembley, sekaligus mengonfirmasi bahwa mereka lebih tampil meyakinkan terhadap Ramsey dan anak buahnya.
Kejayaan terbesar Beckenbauer sebagai pemain akhirnya muncul di negaranya sendiri pada 1974 ketika dia duel dengan sang kapten Belanda yang jenius, Johan Cruyff, di babak final.
Ketika itu Belanda adalah favorit juara di era ‘Total Football’ mereka, namun Jerman Barat bangkit dari ketertinggalan.
Tim Oranye unggul lebih dulu melalui tendangan penalti Johan Neeskens, tapi Franz Beckenbauer dkk menyamakannya dua menit kemudian sebelum menang 2-1.
Gaya permainannya di lapangan yang tampak elegan, dipadukan sikapnya yang sportif, menjadikan Franz Beckenbauer salah satu sosok pesepakbola yang menonjol.
Kemenangan Piala Dunia 1974 mengiringi dominasi klub Bayern Munich di kompetisi Eropa. Franz Beckenbauer menuntun tim tersebut menuju kejayaan bersama kiper Sepp Maier, Berti Vogts, Hans-Georg Schwarzenbeck, Paul Breitner, Uli Hoeness, dan striker predator hebat Gerd Muller.
Namun demikian ada rasa kecewa yang jarang terjadi menjelang akhir karier internasionalnya ketika Jerman Barat secara mengejutkan kalah adu penalti dari Cekoslowakia di final Kejuaraan Eropa 1976.
Drama adu penalti itu ditentukan oleh tendangan ala Antonin Panenka yang tersohor, yang telah menjadi cerita yang terus diulang-ulang dalam sejarah sepak bola dunia.
Beckenbauer melakukan debutnya di timnas Jerman Barat pada September 1965, tampil sebanyak 103 kali dan mencetak 14 gol.
Dia semula beroperasi sebagai pemain depan dan sayap kiri di awal kariernya di level klub, tetapi gaya permainannya yang elegan, kekuatan, jangkauan umpan dan kualitas kepemimpinannya, menjadikannya sebagai pemain tengah andalan dan akhirnya ditahbiskan sebagai salah satu sweeper terkemuka di jantung pertahanan.
Beckenbauer ditunjuk sebagai kapten Bayern Munich pada musim 1968-1969, klub Bundesliga pertama yang berhasil merebut Piala Winners Eropa saat menyingkirkan Glasgow Rangers di final 1967 di Nuremberg.
Itu adalah awal dari kisah gemilang yang mengikuti Beckenbauer sepanjang karier bermainnya.
Pemain legendaris ini bahkan memelopori ketika sepak bola mulai terkenal di Amerika Serikat setelah ia meninggalkan Bayern dan berhenti dari sepak bola internasional.
Beckenbauer bergabung dengan Pele dan Bobby Moore di Liga Amerika. Dia meraih sukses besar bermain bersama ikon Brasil, Pele, ketika memperkuat klub New York Cosmos.
Dia memenangkan Liga Sepak Bola Amerika Utara (NASL) pada 1977, 1978 dan 1980.
Dunia kepelatihan akan selalu menjadi panggilan dan Beckenbauer sejak awal diramalkan bakal dipinang untuk posisi itu.
Pilihan yang sempurna saat dia dipercaya untuk memimpin negaranya, sebuah jalan untuk memenangkan Piala Dunia di Italia pada 1990.
Di ajang itu, termasuk kemenangan dramatis di semi final atas Inggris melalui adu penalti di Turin.
Dia sempat menjadi pelatih klub Marseille untuk waktu yang singkat, namun sudah takdir Beckenbauer untuk melatih Bayern, klub kesayangannya.
Dia kemudian berhasil mengantarkan Bayer meraih gelar juara Bundesliga pada 1993-94 serta Piala UEFA pada 1996 dengan kemenangan dua putaran atas Bordeaux.
Posisi Beckenbauer kemudian seperti menjadi jaminan. Dia menjadi Presiden Bayern dan juga Wakil Presiden Asosiasi Sepak Bola Jerman (DFB).
Dia juga memimpin keberhasilan saat Jerman menjadi tuan rumah Piala Dunia 2006.
Namun terdapat kontroversi ketika Beckenbauer menjadi salah satu dari empat orang yang diselidiki atas dugaan korupsi terkait dengan turnamen tersebut. Pada tahun 2020, persidangan berakhir tanpa putusan.
Sebagai pemain dan pelatihlah reputasi Beckenbauer ditempa, salah satu tokoh sepak bola paling penting dan penting di dalam dan luar lapangan.
Ucapan duka cita mengalir setelah tersiar kabar bahwa Beckenbauer telah wafat.
Karl-Heinz Rummenigge, salah satu rekan satu tim Beckenbauer dan kemudian menjadi direktur eksekutif Bayern, mengatakan: “Dia adalah kapten saya di FC Bayern, pelatih saya di tim nasional, presiden kami di Bayern. Dalam semua peran ini dia tidak hanya sukses. tapi unik.
“Sebagai pribadi, dia berkesan dengan rasa hormatnya yang besar terhadap semua orang – karena semua orang setara di hadapan Franz.
“Sepak bola Jerman kehilangan sosok terhebat dalam sejarahnya. Kami akan sangat merindukannya.”
Penyerang Bayern Munich dan timnas Jerman, Thomas Muller, berkata: “Salah satu pesepakbola terhebat dalam sejarah klub sayangnya telah meninggalkan kami.
“Beristirahatlah dengan tenang, Kaisar Franz. Kami tidak akan pernah melupakan apa yang telah Anda lakukan untuk sepak bola di Jerman.”