Malin Kundang

Kejadian Malin Kundang, Anak yang Durhaka 1971

MALIN KUNDANG yaitu kaba yang asal dari propinsi Sumatera Barat, Indonesia. Legenda Malin Kundang menceritakan perihal orang anak yang durhaka di ibunya dan sebab itu disumpah jadi batu. Satu bentuk batu di pantai Air Manis, Padang, katanya adalah sejumlah sisa kapal Malin Kundang.

Dalam sebuah tempat, tinggalah suatu keluarga nelayan di pesisir pantai daerah Sumatra. Keluarga itu terbagi dalam ayah, ibu dan seseorang anak laki laki yang dinamakan. Kehidupan mereka begitu memperihatinkan, sarat dengan kesukaran dan jauh dari kata mapan. memandang situasi kehidupan keluarga yang serba susah ini, si ayah memastikan untuk cari nafkah di negeri seberang dengan arungi lautan yang luas, mengharap dapat mengubah nasib kehidupan keluarganya. Jadi tinggallah sang Malin serta ibunya di gubug kecil mereka.

Satu minggu, dua minggu, 1 bulan, 2 bulan sampai telah satu tahun lebih lama waktunya, ayah Malin tidak kembali lagi ke daerah halamannya. Juga info kehadirannya lantas sudah tak kedengar kembali. Si ibu cuman dapat pasrah terima fakta kalau si suami sudah tak ada disisinya kembali, entahlah beada di mana ia sekarang ini.
Setiap harinya sekarang dilewati berdua, ibunya yang penting mengambil alih posisi ayah Malin jadi tumpuan keluarga buat cari nafkah. Seluruh tugas seberat apa saja sepanjang itu halal, ditangani si ibu untuk memelihara anak semata-mata wayangnya.

Malin tergolong anak yang pandai akan tetapi sedikit nakal. Dia kerap memburu ayam serta memukulnya dengan sapu. Sesuatu hari saat Malin tengah kejar ayam, dia terganjal batu serta lengan kanannya cedera terserang batu. Cidera itu jadi berbekas dilengannya dan tidak dapat lenyap.

Sehabis mulai remaja, Malin sudah memulai memikir mengenai kehidupan keluarganya, Malin terasa kasihan dengan ibunya yang membanting tulang cari nafkah untuk mengidupi serta memperbesar dianya sendiri. Dia memikir buat cari nafkah di negeri seberang dengan keinginan nanti waktu balik ke desa halaman, dia udah jadi seseorang yang sangat kaya dan dapat membalasnya jasa ibunya, menggembirakan dan menyenangkan hati keluarganya.

Saat Malin ada di pantai, Malin memerhatikan seorang nahkoda yang tak lain yaitu tetangganya, malin memandang bagaimana nahkoda itu jadi orang kaya serta hidup dengan kesenangan. Malin dengan sangsi merapat dan menanyakan sekitar suksesnya. Dan si nahkoda juga bercerita bagaimana peristiwa hidupnya diawali. Malin tertarik dan mau seperti nahkoda itu. Nahkoda lantas menjajakan malin untuk turut melaut dengannya. Malin suka dengan ajakan nakhoda kapal dagang yang dahulunya miskin saat ini telah jadi seseorang yang sangat kaya. Malin lantas pulang ingin menyampaikan maksudnya terhadap si ibu.

Malam hari Malin mulai terlibat perbincangan dengan ibunya. dalam pembicaraannya Malin juga menyampaikan tujuannya. Waktu Malin mengungkapkan tujuannya terhadap si ibu, dengan langsung ibunya kebaratan, karena malin merupakan anak cuma satu dan harta paling bernilai dalam kehidupannya. tetapi lantaran Malin lagi menekan, Ibu pada akhirnya menyepakatinya meski secara berat hati.

Selesai menyediakan perbekalan dan perabotan sesuai kebutuhan, Malin lekas ketujuan pelabuhan dengan diantarkan oleh ibunya.
“Anakku, bila kamu telah sukses serta jadi orang yang berkecukupan, tidak boleh kau lupa dengan ibumu serta daerah halamannu ini, nak”, kata si ibu sekalian berlinang air mata.

Kapalpun mulai melaut dan kian lama makin jauh dengan disertai lambaian tangan Ibu Malin yang tetap terisak bersusah-hati lantaran ditinggalkan anaknya. Sekarang si ibu hidup cuman sebatangkara. Cuman keinginan yang sekarang ia mempunyai untuk tetap bertahan hidup, asa untuk berjumpa lagi dengan anak kesukaannya kedepannya.

Sepanjang ada di kapal, Malin Kundang belajar banyak terkait pengetahuan pelayaran di anak buah kapal yang telah memiliki pengalaman. Di tengah-tengah perjalanan, mendadak kapal yang dinaiki Malin Kundang diserang oleh membajak laut. Semua barang dagangan beberapa pedagang yang ada dalam kapal diambil oleh membajak laut. Sampai kebanyakan awak kapal serta orang yang ada pada kapal itu dibunuh oleh beberapa membajak laut.

sangatlah untung dirinya sendiri tidak dibunuh oleh banyak membajak laut, karena saat kejadian itu terjadi, Malin selekasnya sembunyi dalam sebuah tempat kecil yang tertutup oleh kayu. terkatung-katung ditengah-tengah laut, sampai selanjutnya kapal yang ditumpanginya terkandas dalam sesuatu pantai.
Dengan tersisa tenaga yang terdapat, jalan ke arah kampung yang paling dekat dari pantai. Sesampai di kampung itu,  dibantu oleh rakyat di kampung itu sebelumnya setelah ceritakan momen yang menerpanya.

Dusun tempat Malin terkaram yaitu dusun yang subur. Di situlah malin mulai meniti hidupnya. Beberapa tahun malin berusaha giat, siang malam, sampai pada akhirnya, dengan keuletan dan kegigihannya di dalam bekerja, Malin sukses jadi seorang yang berhasil sukses dan sangat kaya. Dia memiliki kapal dagang dengan anak buah yang banyaknya lebih pada 100 orang.
Seusai jadi sangat kaya, menimang orang gadis untuk jadi istrinya. Gadis itu ialah anak dari saudagar sangat kaya, Malin lantas mendapat restu dari ayah sang gadis serta dinikahkan.

Kabar  yang sudah jadi sangat kaya serta udah menikah sampailah pada ibu . Ibu bersyukur dan benar-benar senang anaknya udah sukses. Mulai saat itu, ibu  tiap hari ke pelabuhan, mengharap anaknya yang barangkali pulang ke daerah halamannya.

Sehabis sejumlah lama menikah, Malin serta istrinya lakukan pelayaran dengan kapal yang lebih besar dan cantik dibarengi anak buah kapal dan asistennya yang banyak. Hingga akhirnya kapal malin merapat dalam sesuatu pelabuhan yang mana pelabuhan itu merupakan tidak tempat lain di mana malin kecil kerap main.

Waktu kapal Malin bertambat di pelabuhan, salah orang masyarakat yang disebut famili dekat malin memandang dan mengetahui malin. karena itu secara terburu-buru orang itu lari ketujuan tempat di mana Ibu ada, langsung si ibu di beritakan dan waktu itu pun si ibu selekasnya langsung tuju pelabuhan.

Si ibu memandang kapal yang cantik itu, masuk ke dalam dermaga. Dia menyaksikan ada 2 orang yang berdiri di atas geladak kapal. Dia sangat percaya bila yang lagi berdiri itu merupakan anaknya dan istrinya. lantas turun dari kapal. Dia disongsong oleh ibunya. Selesai lumayan dekat, ibunya menyaksikan belas cidera dilengan kanan orang itu, lebih percayalah ibunya jika yang dia mendekati ialah Malin Kundang.

“Malin Kundang, anakku, kenapa kau pergi terlalu lama tanpa ada kirim berita?”, tuturnya sekalian merengkuh Malin Kundang.
Namun apakah yang terjadi setelah itu lekas membebaskan dekapan ibunya dan mendorongnya sampai jatuh.

“Wanita tidak sadar diri, asal-asalan saja akui jadi ibuku”, kata  pada ibunya.

Malin Kundang berpura-pura tak mengetahui ibunya, karena malu dengan ibunya yang telah tua serta memakai busana compang-camping.
“Wanita itu ibumu?”, Bertanya istri Malin Kundang.
“Tak, dia cuma seorang pengemis yang berpura-pura menyatakan jadi ibuku supaya memperoleh harta ku”, sahut Malin ke istrinya.
Malin kundang lantas menyuruh pada awak kapal nya buat kembali naik serta melaut lagi tinggalkan pelabuhan.

Dengar pengakuan serta ditangani sembarangan oleh anaknya, ibu Malin Kundang benar-benar geram. Dia tak mengira anaknya jadi anak durhaka. Karena kemurkaannya yang mencapai puncak, ibu Malin mengadahkan tangannya sembari bercakap “Oh Tuhan, bila betul dia anakku, saya sumpahi ia jadi suatu batu”.

Tidak lama kemudian angin bergelora cepat dan badai hebat tiba memusnahkan kapal Malin Kundang. Seterusnya badan perlahan-lahan jadi kaku dan makin lama pada akhirnya bersifat jadi sebuah batu karang. Sadari situasinya saat ini Malin sadar dan menyesali atas kekeliruannya terhadap si ibu, malin terasanya mau berteriak mohon ampun di si ibu, tapi seluruhnya telah telat, ia cuman dapat menangis dan teteskan air mata penyesalan dalam kebekuannya.

 

BACA JUGA YAH : Riwayat Candi Borobudur dan 5 Kenyataan Antiknya. Arcanya Sebelumnya pernah Diculik

By Admin